Oleh:Azrul Hasibuan
President Mahasiswa
Universitas Al-washliyah
Cukupkah hanya mengandalkan ilmu dan indeks
prestasi tinggi untuk melakukan pengabdian?
Tidak.
Ada elemen lain yang lebih penting.
Menjadi mahasiswa adalah kesempatan emas. Ya, dari sekian banyak
lulusan hanya sebagian kecil yang mampu melanjutkan ke jenjang studi perguruan
tinggi. Ironisnya, di erasekarang, ketidakmampuan tidak sebab tiada kemauan
bersekolah, tidak cerdasatau berkepribadian buruk, tetapi ekonomilah yang
memaksa. Meski sangat pandai, tanpa uang jangan harap dapat kuliah. Pasalnya,
pendidikan sudah diperdagangkan. Mahalnya biaya pendidikan menuntut mahasiswa menyelesaikan
studi tepat waktu. Sehingga semua energi dikerahkan untuk menggondol gelar
sarjana/ diploma sesegera mungkin. Tak ayal, “study oriented”
mewabah di kalangan mahasiswa. Mahasiswa punya IP tinggi, masuk 3 besar dalam
suatu program studi, atau juara lomba, memang prestasi. Kebanggaan bagi
mahasiswa bersangkutan dan universitas/Institutnya. Sejatinya mahasiswa
mempunyai tugas lebih berat daripada itu. Sebagaimana Tri Dharma Perguruan Tinggi,
Pengabdian kepada Masyarakat (PkM) salah satunya. Melalui PkM, ia seharusnya memberikan
perubahan di masyarakat, baik segi politik, ekonomi, sosial, maupun teknologi.
Bukan sekadar berargumen politik dengan turun kejalan. Masyarakat berharap
besar oleh dharma baktinya. Mahasiswa sebagai agent of social change
adalah perubah dan pelopor ke arah perbaikan bangsa. Kendati demikian,
paradigma ini belum menjadi kesepakatan bersama antarmahasiswa.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar